Kedua :
Dari Aisyah -radhiallahu anha- dia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca do’a dalam ruku’ dan sujud-nya dengan bacaan:
Dunia ini adalah tempat untuk menanam kebaikan. Jika kita menanam kebaikan, kebaikan tersebut akan kembali kepada diri kita sendiri. Begitu juga sebaliknya jika kita berbuat kejahatan, kejahatan tersebut akan kembali ke diri kita sendiri.
Jika kita bicara mengenai kematian. Kematian ini ada dua hal yang akan terjadi:
Pertama, kita akan merasakan kesedihan, kesengsaraan yang luar biasa. Kesedihan dan kesengsaraan karena mendapatkan siksaan dari Alloh SWT. Intinya mendapatkan siksa kubur dari Alloh SWT.
Kedua, kita akan mendapatkan kenikmatan luar biasa yang akan diberikan Alloh SWT, berupa dilakukannya alam bawah kita, terangnya alam barjah serta taman-taman surga dari Alloh SWT.
Sholat Jama' dan Qasar . Agus sugiana
Pengertian shalat ialah beberapa perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan Takbiratul ihram dan ditutup (diakhiri) dengan salam. Shalat ada dua macam, yaitu shalat wajib (fardhu) dan shalat sunnat. Shalat wajib ada lima yaitu zuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh. Adapun shalat sunnat lebih banyak dari shalat wajib (sebagaimana akan datang penjelasannya).
Shalat wajib pada keadaan tertentu boleh dijama’ (dihimpun 2 shalat dalam satu waktu) dan dapat pula dipendekkan (diqashar) yaitu yang biasanya empat rakaat dijadikan 2 rakaat.
Shalat Jama’
Shalat jama’ artinya shalat yang dikumpulkan. Orang dalam perjalanan boleh mengumpulkan dua shalat fardhu dalam satu waktu shalat. Shalat jama’ ada dua macam, yaitu:
Syarat jama’ taqdim, yaitu:
Syarat jama’ takhrir, yaitu:
Shalat Qashar
Syarat shalat qashar, yaitu:
Shalat jama’ dan qashar
Orang yang dalam perjalanan yang tidak maksiat boleh mengumpulkan shalat jama’ dan qashar, yaitu mengumpulkan dua shalat dan bersama-sama dengan itu memendekkannya pula. Shalat zuhur dan ashar dipendekkan menjadi dua rakaat lalu dijama’kan dengan jama’ taqdim atau takhrir. Demikian juga shalat isya dipendekkan menjadi dua rakaat lalu dijama’kan dengan shalat maghrib tiga rakaat dengan jama’ taqdim atau jama’ takhrir.
Cara mengerjakan shalat jama dengan qasar tidak berbeda dengan mengerjakan shalat jama saja selain dari jumlah rakaatnya, yaitu pada shalat qasar dikerjakan shalat empat rakaat menjadi dua rakaat. Sedangkan shalat yang 3 rakaat dan dua rakaat tidak boleh diqashar lagi.
Tahan lisan untuk ke surga
Allah SWT telah memberikan anggota tubuh yang lengkap kepada manusia. Salah satunya adalah lisan yang sering kita gunakan untuk berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Jagalah lisan kita dengan tidak mengucapkan perkataan yang tidak baik, jika tidak menemukan perkataan yang baik maka diam, dan mulut kita tidak mengkonsumsi kecuali yang dihalalkan Allah SWT, niscaya ia akan memasuki surganya Allah SWT.
Sebaliknya, jika kita tidak menjaga lisan dengan baik sehingga menggunakan lisan kita untuk membicarakan kejelekan orang lain, menghina, menghujat dan lainnya. Mulut digunakan untuk mengkonsumsi hal yang diharamkan oleh Allah SWT niscaya hal tersebut akan menjerumuskan kita ke dalam api neraka.
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir hendaklah berkata baik, atau diam (muttafaqun ‘alaih).
Dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullahu sallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Barang siapa yang mampu menjamin apa yang ada diantara kedua rahangnya (lisan) dan apa yang ada diantara kedua kakinya (kemaluan) aku menjamin baginya surga.” (Muttafaq ‘alaih).
Kita sebagai manusia beriman harus senantiasa menjaga lisan kita. Sebab satu kata yang diucapkan oleh lisan kita bisa membawa ke surga atau ke neraka. Diriwayatkan dari sahabat rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ke timur.” (HR Bukhari)
Dalam hadits lainnya disebutkan “Dari Abu Hurairah Nabi SAW, beliau bersabda : “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kata yang membuat Allah SWT rida kepadanaya, sang hamba sendiri sama sekali tidak memperhitungkan, namun dengan satu kata itu , allah SWT naikkan derajatnya beberapa derajat, dan sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kata yang membuat Allah murka, sang hamba sendiri tidak memperhitungkannya, namun gara-gara satu kata tersebut sang hamba terperosok ke dalam neraka Jahannam.” (Mutafaq ‘alaih).
Otak kita harus bisa mengendalikan lisan kita dalam berucap. Setiap yang diucapkan oleh lisan akan direkam bahkan diawasi oleh dua malaikat Allah SWT. Ini telah Allah jelaskan dalam Al-Qur’an Surat Qaf ayat 18 yaitu: “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir (Qur’an Surah Qaf 18).
Ayat diatas menjelaskan bahwa seseorang tidak mengeluarkan kata-kata dan berbicara, kecuali disisinya ada malaikat yang mengawasi ucapannya dan menulisnya, malaikat yang selalu hadir disiapkan untuk melakukan itu.
Penting sekali bagi kita sebagai orang yang beriman untuk menjaga lisan. Rasulullah selalu memberi tuntunan agar kita bergaul dengan sesama senantiasa mengatakan hal-hal yang benar tentang suatu hal atau mengenai orang lain. Atau bahkan lebih baik diam agar tidak salah ucap. Karena semua berita yang datang pantas benar dan pantas juga salah.
Langkah-langkah dasar dalam belajar
Abu Umar Ibnu Abdil Barr Al-Qurtthubi (463) membawakan riwayat dengan sanadnya sampai kepada Ali bin Hasan bin Syaqiq ia Ali mengatakan, aku mendengar Abdullah Bin Mubarak (181 H ) mengatakan bahwa:
Tingkatan pertama ilmu adalah niat. Niat yang baik akan menghasilkan yang baik, sebaliknya niat yang tidak baik akan menghasilkan yang tidak baik pula. Jika kita menanam padi maka kita akan memanen padi dan jika kita menanam cabai pasti akan memanen cabai. Jika kita belajar maka harus mempunyai niat lillahi ta’ala. Mencari ilmu karena semata-mata mencar ridho Allah insha Allah akan menghasilkan ilmu-ilmu yang berkah dan bermanfaat buat diri sendiri bahkan buat semua orang.
Kedua, mendengarkan. Proses yang kedua dalam belajar adalah mendengarkan. Dengarkan dahulu materi-materi pelajaran yang diberikan oleh guru kita. Agar materi yang disampaikan oleh seorang guru akan terekam oleh telinga kita dan pikiran kita.
Ketiga, memahami. Proses memahami adalah tingkatan ketiga setelah kita mendengarkan. Setelah materi-materi didengarkan kemudian materi tersebut harus dipahami oleh pikiran kita, bahkan harus dipahami oleh hati kita.
Keempat,menghafal. Kemudian tingkatan belajar yang keempat adalah menghafal. Materi-materi yang sudah dipahami kemudian kita hafalkan satu persatu. Setelah hafal jangan lupa untuk selalu mengulangi hafalan tersebut agar tidak hilang. Jaga hafalan tersebut dalam pikiran kita dan hati kita jangan biarkan menjadi hilang atau lupa.
Kelima, mengamalkan. Tingkatan belajar yang kelima adalah mengamalkannya. Setelah proses memahami ilmu barulah kita selalu mengamalkan ilmu-ilmu yang harus dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Kita memahami ilmu sholat yang benar maka amalkan ilmu sholat yang benar tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Keenam, menyebarkan. Tingkatan yang keenam adalah menyebarluaskan ilmu tersebut. Ilmu yang disebarkan tentunya ilmu yang bermanfaat. Karena ilmu yang bermanfaat yang disebarkan akan menjadikan amal jariyah kita yang akan mengalir ke alam barzah kita. Ada tiga amalan yang akan mengalir ke alam barzah ketika kita sudah meninggal diantaranya adalah anak sholeh yang selalu mendo’akan ibu bapaknya, shodaqoh jariyah dan ilmu yang bermanfaat yang tentunya diamalkan.
Keenam tingkatan belajar ini harus dimiliki oleh semua murid agar ilmu yang dipelajarinya akan mudah didapatkan.
Kita sebagai orang tua atau guru harus memberikan kepada anak atau muridnya langkah-langkah teratur dalam memperoleh ilmu. Orang tua atau guru yang tidak memberikan anak didiknya langkah teratur dalam memperoleh ilmu hampir saja dikatakan tidak mengemban amanah dalam melaksanakan tugasnya. Apa saja tugas sebagai seorang ayah atau ibu kepada anaknya dan sebagai seorang guru kepada peserta didiknya.
1. Luruskan anak kita atau peserta didik kita agar mempunyai niat yang benar.
2. Latih peserta didik kita untuk selalu diam dan selalu mendengarkan
3. Latih peserta didik kita untuk memahami satu persatu permasalahan
4. Bantu mereka untuk selalu menghafalkan ilmu
5. Mencontohkan kepada peserta didik bagaimana mengamalkan ilmu
6. Mengajarkan kepada peserta didik untuk selalu menyebarkan ilmu tersebut
Rambu-rambu yang harus dimiliki oleh orang tua atau guru terhadap anak atau muridnya diantaranya adalah:
1. Saat memberi hadiah atas keberhasilan sang anak sekalipun ucapan "semoga Allah”mengikhlaskan niatmu dalam belajar do'akan anak didik kita dalam setiap kesempatan dengan do'a terbaik"
2. Kelas yang ribut dan tidak tertata rapih tidak layak untuk memulai pelajaran dan diberikan materi karena langkah kedua tidak boleh dilewati sangat tidak mungkin kalau langsung menapaki langkah yang ke tiga
3. Materi yang belum faham harus diajarkan kembali jangan sampai materi satu belum faham sudah beralih ke materi selanjutnya.
4. Mengajarkan ilmu dari yang paling dasar sampai kepada ilmu yang tertinggi atau tersulit sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa
5. Orang tua atau guru adalah teladan bagi setiap peserta didik. Mohnkan kepada Allah agar diberi taufik dalam usaha menjadi teladan bagi anak didik, menyebarkan ilmu dalam berbagai kesempatan, bukan menyebar obrolan yang tidak jelas maslahatnya atau ada namun sangat sedikit.
Patuh kepada orang tua dan mengikuti nasihat orang tua akan membawa pada kesuksesan
Bagaimana cara untuk menghindari durhaka kepada orang tua agar tidak mendapatkan sangsi dari Allah SWT? Jawabannya adalah kita sebagai seorang anak harus patuh kepada kedua orang tua dengan mengikuti segala perintahnya dan nasihatnya. Karena nasihat orang tua akan membawa kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Kesuksesan hidup di akhirat adalah mendapatkan surganya Allah SWT.
Sebagai anak yang sholeh dan sholehah, tentunya memiliki kewajiban berbakti kepada orang tua baik ibu maupun ayah. Bahkan Agama islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai seorang anak untuk patuh kepada ibu maupun ayah. Patuh kepada orang tua merupakan salah satu sifat yang terpuji.
Mungkin kita sebagai anak tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ketaatan, kepatuhan pemuda sholeh zaman dulu. Salah satu pemuda sholeh zaman dahulu adalah Uwais al-Qarni. Marilah kita simak cerita Uwais al-Qarni agar menjadi renungan buat kita semua agar lebih taat, patuh kepada kedua orang tua. Agar nanti kita mendapatkan kemulian seperti Uwais al-Qarni.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda bahwa sebaik-baik tabiin atau pengikut adalah seorang laki-laki yang biasa dipanggil Uwais . Nama lengkapnya Uwais al-Qarni . Beliau adalah seorang anak yatim da hanya tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan lumpuh di Yaman.
Uwais dan ibunya adalah keluarga yang fakir. Rasululah sempat berpesan kepada Umar Bin Khattab dan Ali Bin Abi Thalib untuk mencari Uwais.
“Carilah ia (Uwais al-Qarni) dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian,”sabda Rasulullah yang diriwayatkan dalam hadits Shohih Muslim.
Uwais al-Qorni adalah sosok pemuda yang selalu berbakti kepada ibunya. Uwais sangat memuliakan ibunya dengan senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Apapun yang diperintah ibunya atau dilarang ibunya Uwais selalu patuh dan mengikutinya.
Pada satu waktu, Uwais meminta izin kepada ibunya untuk berjumpa denganRasulullah SAW yang pada saat itu sedang berada di Madinah. Ibunya mengizinkan dan berpesan kepada Uwais agar cepat pulang karena merasa sakit-sakitan. Sampai di Madinah Uwais langung menuju rumah Rasulullah. Namun sayang Uwais tidak bisa menemui Rasulullah sebab sedang di Medan perang.
Uwais teringat pesan sang ibu agar lekas kembali ke Yaman, Uwais langsung berpamitan kepada Siti Aisyah RA, istri Rasulullah yang ketika itu sedang berada di rumah. Tidak lupa Uwais menitipkan salam buat Rasulullah SAW. Setelah itu Uwais meninggalkan Madinah dan kembali lagi menemui ibunya di Yaman.
Uwais adalah pemuda yang senantiasa memenuhi keinginan ibunya. Sang ibu yang sudah tua ingin sangat ingin sekali pergi berhaji. Padahal dengan kondisi ibunya sakit-sakitan dan tidak ada uang, Uwais sangat berat untuk memenuhi keinginan ibunya.
Dari Yaman, perjalanan ke Tanah Suci Makkah sangatlah jauh. Melewati padang tandus yang panas. Orang-orang dari Yaman biasa pergi ke Makkah menggunakan unta dan membawa banayk perbekalan.
Tidak berhenti di situ, Uwais terus berpikir untuk mencari jalan keluar agar ibunya bisa berangkat ke Tanah Suci Makkah. Kemudian Uwais membeli seekor anak lembu yang kemudian membuat kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Banyak orang yaman pada waktu itu menganggap aneh kepada Uwais.
Setelah 8 bulan berat lembu Uwais telak=h mencapai 100 kilogram. Saat tiba musim haji, Uwais merasa bahwa otot-ototnya sudah kuat dan siap untuk mengangkat beban berat. Dia pun menggendong sang ibu dari Yaman ke Makah untuk menunaikan ibadah haji.
Ketika di Tanah Suci Makah, Uwais al-Qarni dengan tegap menggendong ibunya wukuf di Arafah dan Thowaf di Kakbah. Di depan kakbah air mata sang ibu tumpah.Uwais pun berdo’a, “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu.” “bagaimana dengan dosamu?” tanya sang ibu yang heran karena Uwais tak minta dosanya diampuni.
“Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.” Jawab Uwais.
Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuk Uwais. Penyakit belang di tubuh Uwais seketika itu juga sembuh. Hanya tertinggal bulatan putih di tengkuknya. Tanda di tengkuk itu merupakan sebuah tanda sebagaimana disebutkan Rasulullah kepada Umar bin Khatab dan Ali Bin Abi thalib untuk mengenali Uwais. Pada akhirnya Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib berhasil menemui Uwais. Seperti pesan Rasulullah SAW bahwa Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib meminta Uwais agar mendo’akan mereka diampuni Allah SWT.
Beberapa tahun setelah dengan Umar bin Khatab dan Ali, Uwais wafat. Masyarakat yaman ketika itu heran, sebab banyak orang berbuat untuk memandikan, mensholatkan, dan menguburkan jenazah Uwais.
Banyak meyakini bahwa, orang-orang yang berbuat memandikan, mensholatkan dan menguburkan jenazah Uwais al-Qarni ketika itu adalah para malaikat Allah SWT.
Sangsi durhaka kepada kedua orang tua
Kewajiban berbuat baik kepada orang tua kita sangat ditekankan sekali, dan boleh dikatakan menduduki urutan nomer dua setelah kewajiban menaati Allah SWT dan rosulNya. Oleh karena itu jika kita berbuat durhaka kepada orang tua kita tentu saja ada konsekuensi atau sangsi yang akan diterima oleh kita ketika di dunia dan akhirat. Sangsi yang akan diterima seorang anak yang durhaka diantaranya adalah:
Pertama : Orang yang durhaka kepada orang tua akan mendapat siksaan neraka nanti di akhirat jika ibu bapa yang bersangkutan tidak memaafkannya.
Banyak sekali anak yang durhaka kepada orang tuanya tidak meminta maaf kepada orang tuanya, bahkan ada pula orang tua karena hatinya sakit sehingga tidak mau memberi maaf kepada anaknya sampai orang tuanya meninggal dunia, tentunya ini akan ada balasannya di akhirat nanti yaitu siksaan neraka buat anak yang durhaka tersebut.
Rosulullah SAW bersabda. “Sebesar-besar dosa besar ialah menyekutukan Allah, membunuh orang, berani (durhaka) kepada orang tua, dan berkata dusta(saksi palsu)”. (HR Bukhari).
Kedua : Durhaka kepada orang tua menyebabkan semua amal menjadi percuma, sia-sia dan tidak bermanfaat sama sekali.
Buat apa kita memperbanyak kebaikan kita sementara kita berani atau durhaka kepada orang tua kita?. Tentu saja segala kebaikan yang kita lakukan akan tidak bermanfaat atau akan sia-sia jika kita berani atau durhaka kepada orang tua kita. Sebaliknya jika kita berbuat baik kepada orang tua kita dan amal kebaikan kita tentunya segala amal kita akan menjadi ladang ibadah buat kita nanti di akhirat. Rosulullah SAW bersabda. “ Tiga perkara yang menyebabkan segala amal tidak bermanfaat lagi ialah: menyekutukan Allah SWT, durhaka kepada ibu bapak dan lari dari medan perang”. (HR Thabrani).
Perlu dijelaskan sekali lagi bahwa meskipun amal kebaikan kita banyak namun, kita sebagai anak durhaka kepada orang tuai maka segala amal kita akan percuma atau tidak bermanfaat sama sekali.
Ketiga : Allah SWT akan menyegerakan balasan di dunia kepada orang yang durhaka kepada kedua orang tua dan kemungkinan ada lagi pembalasan nanti di akhirat kelak.
Betapa takutnya apabila kita durhaka kepada kedua orang tua, karena pembalasannya akan Allah SWT segerakan ketika di dunia. Mudah-mudahan kita semuanya tidak termasuk anak yang durhaka kepada kedua orang tua dan mudah-mudahan kita semuanya termasuk ikhwan akhwat yang selalu berbakti kepada orang tua kita. Sabda Rosulullah SAW.
“Tiap-tiap dosa itu diakhirkan (ditangguhkan) pembalasannya oleh Allah SWT sesuai dengan kehendakNya sampai hari qiamat, kecuali dosa karena durhaka kepada ibu bapak disegerakan oleh Allah SWT pembalasannya kepada yang bersangkutan”.