Minggu, 14 Februari 2021

  Patuh kepada orang tua dan mengikuti nasihat orang tua akan membawa pada kesuksesan
    Bagaimana cara untuk menghindari durhaka kepada orang tua agar tidak mendapatkan sangsi dari Allah SWT? Jawabannya adalah kita sebagai seorang anak harus patuh kepada kedua orang tua dengan mengikuti segala perintahnya dan nasihatnya. Karena nasihat orang tua akan membawa kesuksesan hidup di dunia  dan akhirat. Kesuksesan hidup di akhirat adalah mendapatkan surganya Allah SWT.
    Sebagai anak yang sholeh dan sholehah, tentunya memiliki kewajiban berbakti kepada orang tua baik ibu maupun ayah. Bahkan Agama islam mengajarkan dan mewajibkan kita sebagai seorang anak untuk patuh kepada ibu maupun ayah. Patuh kepada orang tua merupakan salah satu sifat yang terpuji.
    Mungkin kita sebagai anak tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ketaatan, kepatuhan pemuda  sholeh zaman dulu. Salah satu pemuda  sholeh zaman dahulu adalah Uwais al-Qarni. Marilah kita simak cerita Uwais al-Qarni agar menjadi renungan buat kita semua agar lebih taat, patuh kepada kedua orang tua. Agar nanti kita mendapatkan kemulian seperti Uwais al-Qarni.
    Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda bahwa sebaik-baik tabiin atau pengikut adalah seorang laki-laki yang biasa dipanggil Uwais . Nama lengkapnya Uwais al-Qarni . Beliau adalah seorang anak yatim da hanya tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan lumpuh di Yaman.
    Uwais dan ibunya adalah keluarga yang fakir. Rasululah sempat berpesan kepada Umar Bin Khattab  dan Ali Bin Abi Thalib untuk mencari Uwais.
“Carilah ia (Uwais al-Qarni) dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian,”sabda Rasulullah yang diriwayatkan dalam hadits Shohih Muslim.
    Uwais al-Qorni adalah sosok pemuda yang selalu berbakti kepada ibunya. Uwais sangat memuliakan ibunya dengan senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. Apapun yang diperintah ibunya atau dilarang ibunya Uwais selalu patuh dan mengikutinya.
    Pada satu waktu, Uwais meminta izin kepada ibunya untuk berjumpa denganRasulullah SAW yang pada saat itu sedang berada di Madinah. Ibunya mengizinkan dan berpesan kepada Uwais agar cepat pulang karena merasa sakit-sakitan. Sampai di Madinah Uwais langung menuju rumah Rasulullah. Namun sayang Uwais tidak bisa menemui Rasulullah sebab sedang di Medan perang.
    Uwais teringat pesan sang ibu agar lekas kembali ke Yaman, Uwais langsung berpamitan kepada Siti Aisyah RA, istri Rasulullah yang ketika itu sedang berada di rumah. Tidak lupa Uwais menitipkan salam buat Rasulullah SAW. Setelah itu Uwais meninggalkan Madinah dan kembali lagi menemui ibunya di Yaman.
    Uwais adalah pemuda yang senantiasa memenuhi keinginan ibunya. Sang ibu yang sudah tua ingin sangat ingin sekali pergi berhaji. Padahal dengan kondisi ibunya sakit-sakitan dan tidak ada uang, Uwais sangat berat untuk memenuhi keinginan ibunya.
    Dari Yaman, perjalanan ke Tanah Suci Makkah sangatlah jauh. Melewati padang tandus yang panas. Orang-orang dari Yaman biasa pergi ke Makkah menggunakan unta dan membawa banayk perbekalan.
Tidak berhenti di situ, Uwais terus berpikir untuk mencari jalan keluar agar ibunya bisa berangkat ke Tanah Suci Makkah. Kemudian Uwais membeli seekor anak lembu yang kemudian membuat kandang di puncak bukit. Setiap pagi ia bolak-balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. Banyak orang yaman pada waktu itu menganggap aneh kepada Uwais.
    Setelah 8 bulan berat lembu Uwais telak=h mencapai 100 kilogram. Saat tiba musim haji, Uwais merasa bahwa otot-ototnya sudah kuat dan siap untuk mengangkat beban berat. Dia pun menggendong sang ibu dari Yaman ke Makah untuk menunaikan ibadah haji.
    Ketika di Tanah Suci Makah, Uwais al-Qarni dengan tegap menggendong ibunya wukuf di Arafah dan Thowaf di Kakbah. Di depan kakbah air mata sang ibu tumpah.Uwais pun berdo’a, “Ya Allah, ampuni semua dosa ibu.” “bagaimana dengan dosamu?” tanya sang ibu yang heran karena Uwais tak minta dosanya diampuni.
“Dengan terampuninya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari ibu yang akan membawaku ke surga.” Jawab Uwais.
Allah subhanahu wata’ala pun memberikan karunia untuk Uwais.  Penyakit belang di tubuh Uwais seketika itu juga sembuh. Hanya tertinggal bulatan putih di tengkuknya. Tanda di tengkuk itu merupakan sebuah tanda sebagaimana disebutkan Rasulullah kepada Umar bin Khatab dan Ali Bin Abi thalib untuk mengenali Uwais. Pada akhirnya Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib berhasil menemui Uwais. Seperti pesan Rasulullah SAW bahwa Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib meminta Uwais agar mendo’akan mereka diampuni Allah SWT.
    Beberapa tahun setelah dengan Umar bin Khatab dan Ali, Uwais wafat. Masyarakat yaman ketika itu heran, sebab banyak orang berbuat untuk memandikan, mensholatkan, dan menguburkan jenazah Uwais.
    Banyak meyakini bahwa, orang-orang yang berbuat memandikan, mensholatkan dan menguburkan jenazah Uwais al-Qarni ketika itu adalah para malaikat Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar